Tampilkan postingan dengan label Photography. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Photography. Tampilkan semua postingan

Selasa, 16 April 2013

Dear All,
Sedikit merangkum pelajaran komposisi dari berbagai referensi, beberapa diantaranya adalah sbb :

1. Komposisi Aturan Sepertiga (Rule of Thirds), 

“From Mommy With Love”, Nikon D90, Lensa Nikkor AF 50mm f/1.8D, 1/250s, F/1.8, ISO200
Komposisi gambar sepertiga seperti ini adalah komposisi yang paling sering digunakan, variannya antara lain :

FrameAway Golden Thirds composition pattern 

- Nautilus Spiral/Fibonacci,

Nautilus Spiral composition pattern 

- Golden Diagonal,

Golden Diagonal composition pattern

- Golden Diagonal Variation, 
 
Golden Diagonal composition pattern 

- Diagonal and Arc.
 
Diagonal and Arc composition pattern


2. Komposisi Spiral Fibonacci

 

“Pretty Ass”, Nikon D90, Lensa Nikkor AF 105mm f/2DC with Raynox, 0.5s, F/14, ISO100
Komposisi Fibonacci ini akan lebih baik lebih diimplementasikan dalam capture yang memiliki unsur garis lengkung yang dominan.
Komposisi Fibonacci adalah perwakilan grafis dari suatu urutan nomor yang didapatkan dari penjumlahan dua angka sebelumnya : 0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13,…
Di sekeliling kita komposisi bentuk spiral ini banyak dijumpai seperti pada rumah kerang/keong, bunga, gelombang laut dlsb. Dalam pengaturan komposisi, spiral Fibonacci dapat digunakan untuk memperkirakan susunan elemen-elemen tersebut dapat tersusun dengan baik, alur dari spiral fibonaci sangat bermanfaat untuk mengarahkan pandangan mata pada Point of Interest (POI). (LIHAT FOTO-FOTO WEEKLY CHALLENGE TEMA CURVE)

3. Komposisi Line/Elemen Garis
“Can’t Smile Without You”, Nikon D90, Lensa Nikkor AF 50mm f/1.8D, 1/400s, F/2.5, ISO100
Elemen garis mudah ditemukan pada pagar, jalan atau terowongan. Jika digunakan dengan tepat, memasukkan elemen garis kedalam gambar sangat efektif untuk meningkatkan daya tarik foto (LIHAT FOTO-FOTO WEEKLY CHALLENGE TEMA LINES)

4. Komposisi Pattern dan Pola
“Tanggal Tua”, Nikon D90, Lensa Nikkor AF 50mm f/1.8D, 1/100s, F/4.0, ISO100
Disekeliling kita, mudah sekali ditemukan bentuk pola berulang, baik di alam maupun buatan manusia. Untuk menjadikan obyek tersebut menarik dari sisi fotografi, anda hanya perlu memilih perspektif dan focal length lensa yang digunakan dengan tepat. Semakin besar struktur dan semakin pendek fokal length lensa, maka struktur tersebut akan memiliki kesan lebih kuat. Namun anda jangan terpaku pada struktur dan pola dari scene yang luas. Dalam detail objek makro yang berukuran kecil, terkadang terdapat struktruk dan pola yang menarik jika direkam dalam bidang foto yang terbatas. (LIHAT FOTO-FOTO WEEKLY CHALLENGE TEMA PATTERN DAN POLA)

5. Komposisi Framing
“Take Me Out”, Nikon D90, Lensa Tokina ATX Pro DX 11-16mm f/2.8D, 1/125s, F/4.5 at 16mm, ISO200
Komposisi ini digunakan untuk mempertegas batas-batas gambar, dimana saat gambar banyak melibatkan ruang kosong. bisa dengan menambahkan frame alami, seperti ran ting, pohon, daun, pintu, atau jendela dlsb. Frame juga dapat membatasi elemen gambar yang tidak perlu jiika digunakan dengan tepat,
sehingga frame-frame tersebut membantu mengarahkan perhatian mata langsung tertuju pada Point of Interest (POI). Frame tidak harus focus, kecuali, frame tersebut memiliki motif yang cukup penting dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gambar. (LIHAT FOTO-FOTO WEEKLY CHALLENGE TEMA FRAME)

6. Komposisi Perspektif
Jika semua obyek diambil dengan ketinggian sejajar, hasilnya cenderung biasa-biasa saja. Cobalah untuk merekayasa sudut pemotretannya dengan mengambil dari posisi yang lebih tinggi bird’s eye view atau sebaliknya frog view. Terkadang hasilnya jauh lebih menawan.(LIHAT FOTO-FOTO WEEKLY CHALLENGE TEMA FROG’S VIEW DAN BIRD’S EYE VIEW)
Contoh : Bird’s Eye View
“Handuk Merah”, Nikon D90, Lensa Tokina ATX Pro DX 11-16mm f/2.8D, 1/125s, F/2.8 at 16mm, ISO200
Contoh : Frog View
“Frog View Style”, Nikon D90, Lensa Nikkor AF 50mm f/1.8D, 1/160s, F/1.8, ISO100

7. Komposisi Simetris
“Mertapada Toll Gate”, Nikon D90, Lensa Tokina ATX Pro DX 11-16mm f/2.8D, 1.6s, F/22 at 11mm, ISO1000
Secara umum, Komposisi ini sedikit bertentangan dengan aturan komposisi, jika kita salah mengimplementasikannya. komposisi ini cenderung statis (death center), namun jika kita benar mengimplementasikan maka komposisi tsb justru mampu memberikan hasil yang terbaik. Komposisi simetris paling sering digunakan dalam foto arsitektur. Komposisi tersebut memudahkan mata mengenali scene secara keseluruhan dan memberikan bobot sama untuk setiap elemen visual gambar.

8. Komposisi Vertikal atau Horizontal
“SCBD”, Nikon D90, Lensa Tokina ATX Pro DX 11-16mm f/2.8D, 2.5s, F/2.8 at 11mm, ISO200
Seperti yang pernah disampaikan salah satu suhu IPC, mata manusia lebih terbiasa melihat sesuatu dalam format lansekap atau horizontal, kalo tidak salah setara dengan lensa 14mm dan kebanyakan foto juga diambil dalam format h orizontal. Oleh sebab itu, bidang sensor dan viewfinder pada kamera juga mengadopsi format tersebut.
Format tersebut belum tentu menjanjikan tampilan yang menarik. Pada situasi tertent u, dimana elemen garis vertikal sangat dominan, gambar yang diambil dalam format potrait atau vertikal cenderung lebih baik.
Elemen garis horizontal dapat memberikan kesan luas dan lebar. Sedangkan elemen garis vertical memberikan kesan tinggi dan gagah. Oleh karena itu, format horizontal sering digunakan pada foto pemandangan, sedangkan format vertikal digunakan pada foto potret.

9. Komposisi Ruang Aktif
“SCBD”, Nikon D90, Lensa Tokina ATX Pro DX 11-16mm f/2.8D, 1/8s, F/2.8 at 14mm, ISO100
Saat melihat obyek bergerak, secara naluriah mata akan mengikuti kemana obyek tersebut bergerak. Namun, saat melihat gambar obyek bergerak dan tiba-tiba ruang di depannya habis, muncul rasa ingin tahu kearah mana obyek tersebut bergerak. Akhirnya, perasaan tersebut membuat gambar menjadi kurang menarik. Karena itu, pada foto objek bergerak, perlu diberikan ruang gerakan didepanya supaya ruang tersebut tidak “mati”. Ruang gerakan tersebut dinamakan sebagai ruang aktif.

10. Komposisi Detil/Makro
“Pretty Ass”, Nikon D90, Lensa Nikkor AF 105mm f/2DC with Raynox, 20s, F/18, ISO125
Komposisi ini digunakan jika ingin mendapatkan gambar detil motif, agar tampilan motif tersebut lebih menonjol, kita bisa capture dari dekat untuk m endapatkan detilnya, atau dengan membatasi area gambar dengan menggunakan fasilitas zoom lensa, lensa makro atau bahkan bisa dengan melakukan penyamaran. Semakin baik detail yang terekam, semakin jelas pesan yang ingin disampaikan lewat gambar. Dengan memotret dari dekat, detil gambar dapat dipilih dengan lebih tepat.

11. Komposisi Simplicity
“Brrrrrr”, Nikon D90, Lensa Nikkor AF 50mm f/1.8D, 1/1000s, F/1.8, ISO200
Komposisi ini digunakan pada scene yang banyak menggunakan elemen visual gambar yang berlebihan, buat Foto yang hanya menampilkan elemen visual seperlunya saja, hal ini justru sering memiliki tampilan yang lebih menawan.
Bukankah foto itu hanya menyampaikan pesan satu tema?. Teknisnya bisa kita lakukan dengan seleksi fokus dengan aperture besar (buat background menjadi Blur atau Bokeh).

12. Komposisi dengan Memilih Foreground yang Menarik
“Kampung Sari Laut”, Nikon D90, Lensa Tokina ATX Pro DX 11-16mm f/2.8D, 30s, F/10 at 11mm, ISO100
Banyak foto pemandangan yang menakjubkan tapi masih terkesan datar dan membosankan. hal tersebut biasanya disebabkan karena ketiadaan elemen Foreground. Padahal Foreground dapat menciptakan komposisi berjenjan g yang memperkuat efek spasial pada gambar. Saat melihat sebuah gambar pemandangan, pandangan mata sering kali lebih cepat tertuju pada pada objek di kejauhan. Efek kedalaman pada gambar, kita harus bisa memanfaatkan objek seperti bebatuan, tanaman bunga, atau benda lain yang berpotensi dijadikan Foreground. Foto yang diambil dengan foreground dapat diambil dengan lensa wide. Foreground diambil dari jarak dekat sehingga dapat lebih menonjol. Dengan cara tersebut, gambar akan memiliki kesan kedalaman yang lebih optimal. Supaya hasilnya lebih baik, gunakan aperture kecil antara f16-f18 (Seperti Tips Suhu Prio) supaya kamera memiliki cakupan ruang tajam yang lebih luas. 

BERANI MELANGGAR ATURAN??
Dalam fotografi pun terjadi pertentangan dalam implementasi aturan komposisi yag sudah ada. Sebagian mematuhi, sebagian merasa kebebasannya dibatasi. hal ini justru mengekang kreatifitas. bagi saya melanggar aturan komposisi sah-sah saja selama : gambar yang dihasilkan memiliki komposisi yang lebih baik, mempunyai seni fotografi lebih baik, dan lebih masuk akal.
sekian share pemahaman saya terhadap komposisi, mohon ditambahkan dan diperkaya lagi..

sumber : http://ipc.ikastara.org/

Sabtu, 09 Maret 2013

Tips ini ditulis oleh Pak Yadi Yasin, seorang fotografer senior dan member FN  untuk dibagi dengan para pembaca semua. Karena saya sendiri adalah penyuka landscape, maka saya rasa tulisan ini nantinya akan sangat bermanfaat bagi saya sendiri maupun pembaca.
Mungkin tips-tips ini ada yang terkesan kuno, oldies dan kurang “revolutionized” tapi mungkin ini adalah tips-tips dasar yang bisa dipergunakan sepanjang masa, terutama bagi yang ingin memulai mendalami landscape Photography.
Dari tips-tips dibawah akan juga menyinggung beberapa hal lain, seperti Rule of Third, Hyperfocal distance, dll yang hanya dijelaskan singkat krn bisa menjadi satu topik sendiri.




1. Maksimalkan Depth of Field (DoF)
Sebuah pendekatan konsep normal dari sebuah landscape photography adalah “tajam dari ujung kaki sampai ke ujung horizon”. Konsep dasar teori “oldies” ini menyatakan bahwa sebuah foto landscape selayaknya sebanyak mungkin semua bagian dari foto adalah focus (tajam). Untuk mendapatkan ketajaman lebar atau dgn kata lain bidang depth of focus (DOF) yang selebar2nya, bisa menggunakan apperture (bukaan diafragma) yang sekecil mungkin (f number besar), misalnya f14, f16, f18, f22, f32, dst.
Tentu saja dgn semakin kecilnya apperture, berarti semakin lamanya exposure.
Karena keterbatasan lensa (yang tidak mampu mencapai f32 dan/atau f64) atau posisi spot di mana kita berdiri tidak mendukung, sebuah pendekatan lain bisa kita gunakan, yaitu teori hyper-focal, untuk mendapatkan bidang fokus yang “optimal” sesuai dgn scene yang kita hadapi. Inti dari jarak hyper-focal adalah meletakan titik focus pada posisi yang tepat untuk mendapatkan bidang focus yg seluas-luasnya yg dimungkinkan sehingga akan tajam dari FG hingga ke BG.
Dengan DoF lebar, akibat penggunaan f/20 dan pengaplikasian hyper-focal distance untuk menentukan focus.

2. Gunakan tripod dan cable release
Dari #1 diatas, akibat dari semakin lebarnya DOF yang berakibat semakin lamanya exposure, dibutuhkan tripod untuk long exposure untuk menjamin agar foto yang dihasilkan tajam. Cable release juga akan sangat membantu. Jika kamera memiliki fasilitas untuk mirror-lock up, maka fasilitas itu bisa juga digunakan untuk menghindari micro-shake akibat dari hentakkan mirror saat awal.

3. Carilah Focal point atau titik focus
Titik focus disini bukanlah titik dimana focus dari kamera diletakkan, tapi lebih merupakan titik dimana mata akan pertama kali tertuju (eye-contact) saat melihat foto.
Hampir semua foto yang “baik” mempunyai focal point, atau titik focus atau lebih sering secara salah kaprah disebut POI (Point of Interest). Sebetulnya justru sebuah landscape photography membutuhkan sebuah focal point untuk menarik mata berhenti sesaat sebelum mata mulai mengexplore detail keseluruhan foto. Focal point tidak mesti harus menjadi POI dari sebuah foto.
Sebuah foto yang tanpa focal point, akan membuat mata “wandering” tanpa sempat berhenti, yang mengakibatkan kehilangan ketertarikan pada sebah foto landscape. Sering foto seperti itu disebut datar (bland) saja.
Focal point bisa berupa berupa bangunan (yg kecil atau unik diantara dataran kosong), pohon (yg berdiri sendiri), batu (atau sekumpulan batu), orang atau binatang, atau siluet bentuk yg kontrast dgn BG, dst.
Peletakan dimana focal point juga kadang sangat berpengaruh, disini aturan “oldies” Rule of Third bermain.

4. Carilah Foreground (FG)
Foreground bisa menjadi focal point bahkan menjadi POI (Point of Interest) dalam foto landscape anda.
Oleh sebab itu carilah sebuah FG yang kuat. Kadang sebuah FG yang baik menentukan “sukses” tidaknya sebuah foto landscape, terlepas dari bagaimanapun dasyatnya langit saat itu.
Sebuah object atau pattern di FG bisa membuat “sense of scale” dr foto landscape kita. Apapun bisa menjadi object yg kuat di FG dari hanya rumput… … hingga batu.

5. Pilih langit atau daratan
Langit yang berawan bergelora, apalagi pada saat sunset atau sunrise, akan membuat foto kita menarik, tapi kita tetap harus memilih apakah kita akan membuat foto kita sebagian besar terdiri dari langit dgn meletakan horizon sedikit dibawah, atau sebagian besar daratan dgn meletakkan horizon sedikit dibagian atas.
Seberapa bagus pun daratan dan langit yang kita temui/hadapi saat memotret, membagi 2 sama bagian antara langit yang dramatis dan daratan/FG yang menarik akan membuat foto landscape menjadi tidak focus, krn kedua bagian tersebut sama bagusnya.
Komposisi dgn menggunakan prisip “oldies” Rule of Third akan sangat membantu. Letakkan garis horizon, di 1/3 bagian atas kalau kita ingin menonjolkan (emphasize) FG nya, atau letakkan horizon di 1/3 bagian bawah, kalau kita ingin menonjolkan langitnya.
Tentu saja hukum “Rule of Third” bisa dilanggar, andai pelanggaran itu justru memperkuat focal point dan bukan sebaliknya. Juga tidak selalu dead center adalah jelek.

6. Carilah Garis/Lines/Pattern
Sebuah garis atau pattern bisa membuat/menjadi focal yang akan menggiring mata untuk lebih jauh mengexplore foto landscape anda. Kadang leading lines atau pattern tersebut bahkan bisa menjadi POI dari foto tersebut.
Garis-garis, juga bisa memberikan sense of scale atau image depth (kedalaman ruang). Garis atau pattern bisa berupa apa saja, deretan pohon, bayangan, garis jalan,tangga, dst.

7. Capture moment & movement
Sebuah foto Landcsape tidak berarti kita hanya menangkap (capture) langit, bumi atau gunung, tapi semua elemen alam, baik itu diam atau bergerak seperti air terjun, aliran sungai, pohon2 yang bergerak, pergerakan awan, dst, dapat menjadikan sebuah foto landscape yang menarik.
Sebuah foto landscape tidak harus mengambarkan sebuah pemandangan luas, seluas luasnya, tapi sebuah isolasi detail, baik object yang statis maupun yg secara dinamis bergerak, bisa menjadi sebuah subject dari sebuah foto landscape. Untuk itu lihat #13.

8. Bekerja sama dengan alam atau cuaca
Sebuah scene dapat dengan cepat sekali berubah. Oleh sebab itu menentukan kapan saat terbaik untuk memotret adalah sangat penting. Kadang kesempatan mendapat scene terbaik justru bukan pada saat cuaca cerah langit biru, tapi justru pada saat akan hujan atau badai atau setelah hujan atau badai, dimana langit dan awan akan sangat dramatis.
Selain kesabaran dalam “menunggu” moment, kesiapan dalam setting peralatan dan kejelian dalam mencari object dan Focal Point seperti awan, ROL (ray of light), pelangi, kabut, dll. 3 jam pada satu lokasi menghasilkan ratusan shot dgn berbagai shading/shadow dan high-light pada object yang berbeda semua.

9. Golden Hours & Blue hours
Pada normal colour landscape photography, saat terbaik biasanya adalah saat sekitar (sebelum) matahari terbenam (sunset) atau setelah matahari terbit (sunrise).
Golden hours adalah saat, biasanya 1-2 jam sebelum matahari terbenam (sunset) hingga 30 menit sebelum matahari terbenam, dan 1-3 jam sejak matahari terbit, dimana “golden light” atau sinar matahari akan membuat warna keemasaan pada object.
Selain itu, saat golden hours juga akan membuat bayangan pada oject, baik itu pohon, atau orang menjadi panjang dan bisa menjadi leading lines spt yg disebutkan pada #6 diatas.
Jika kita memotret pada saat golden hours sudah lewat, atau pada saat matahari sudah terik, biasanya hasilnya akan flat atau harsh lightingnya krn matahari sudah jauh diatas.

Ini berlawananan dgn IR landscape photography yg tidak mengenal golden hours, dimana saat terbaik justru pada saat tengah teriknya matahari.
Blue hours adalah beberapa saat, biasanya hingga 20-30 menit setelah matahari terbenam (sunset), dimana matahari sudah tebenam, tapi langit belum gelap hitam pekat. Pada saat ini langit akan berwarna biru.
Jadi adalah kurang tepat, bahwa pada saat matahari sudah terbenam dan langit mulai gelap (oleh mata kita), kita langsung mengemas/beres2 gear/tripod kita. Justru pada saat ini kita bisa mendapatkan sebuah scene yang bagus dimana langit akan berwarna biru dan tidak hitam pekat.
Biasanya dgn long exposure, awan pun (walau kalau kita lihat dgn mata telanjang sdh tidak tampak) masih akan terlihat jelas dan memberikan texture pada langit biru.

10. Cek Horizon
Walaupun sekarang dgn mudah kesalahan ini dapat di koreksi dgn image editor tapi saya masih berkeyakinan “get it right the first time” akan lebih optimal.
Ada 2 hal terakhir saat sebelum kita menekan shutter:
  • Apakah horizonya sudah lurus, ada beberapa cara untuk bisa mendapatkan horion lurus saat eksekusi di lapangan, lihat #12
  • Apakah horizon sdh di komposisikan dgn baik, lihat #5 untuk pengaplikasian Rule of third.
Peraturan/rule kadang dibuat untuk dilangar, tapi jika scene yang akan kita buat tidak cukup kuat (strong) elementnya, biasanya Rule of Third akan sangat membantu membuat komposisi menjadi lebih baik. Memang dgn croping nantinya di software pengolah gambar, kita bisa memperbaikinya. Tapi kalau tidak dgn terpaksa, lebih baik pada saat eksekusi kita sudah menempatkan horizon pada posisi yang sebaiknya.

11. Ubah sudut pandang/angle/view anda
Kadang kita terpaku dgn sudut pandang atau angle yang umum kita lakukan, atau mungkin kalau kita mengunjungi suatu tempat yang sering kita lihat fotonya baik itu dimajalah atau website seperti di FN ini, kita menjadi “latah” dan memotret dgn angle yang sama.
Banyak cara untuk mendapatkan fresh point of view. Tidak selamanya “eye-level angle” (posisi normal saat kita berdiri) dalam memotret itu yang terbaik. Coba dgn high-angle (kamera diangkat diatas kepala), waist-level angle, low level, dst, coba berbagai format horizontal dan/atau vertikal.
Atau mencoba mencari spot atau titik berdiri yang berbeda atau tempat yang berbeda, misalnya dari atas pohon (ada memang fotografer senior yang saya kenal yang senang memanjat pohon untuk utk mendapatkan view yg berbeda, dan hasilnya memang berbeda dan unik), atau mencoba berdiri lebih ketepi jurang, atau bahkan tiduran ditanah… tentu saja dgn lebih mengutamakan keselamatan anda sendiri sbg faktor yang lebih utama dan menghitung resiko yang mungkin didapatkan.
Satu hal yang harus dipahami, mencoba dengan sudut pandang yang berbeda tidak selalu otomatis gambar kita akan lebih bagus atau lebih baik, tapi begitu sekali anda mendapatkan yang lebih bagus, dijamin pasti berbeda dgn yang lain.
Dengan sering ber-experimen dgn berbagai angle, lama-kelamaan insting anda akan terlatih saat berada di lapangan untuk mendapatkan tidak hanya angle yang bagus, tapi juga berbeda.
Jangan memotret berulang2 pada satu titik/spot. Cobalah untuk bergeser beberapa meter kesamping atau kedepan, atau bahkan berjalan jauh.
Juga sesekali coba untuk menoleh kebelakang untuk melihat, kadang bisa mendapatkan angle yang menarik dan berbeda.
3-5 exposure/jepretan pada satu titik dan “move on, change spot, change orientation (landscape <-> portrait), look back, change lenses”.
Terutama jika anda sering travelling, baik itu ke tempat yang sudah umum atau ke tempat yang jarang di kunjungi fotografer. Ada kalanya kita ada pada suatu spot dimana foto dari lokasi itu sudah merupakan lokasi “sejuta umat” dimana ratusan bahkan ribuan fotografer pernah memotret di spot yg sama dan menghasilkan foto yang mirip atau beda-beda tipis.
Gunakan foto-foto yang sering anda lihat tersebut sebagai referensi, pelajari dan aplikasikan tekniknya dan coba menemukan sesuatu yang berbeda. Make a difference.

12. Pergunakan peralatan bantu
Penggunaan beberapa peralatan bantu dibawah akan sangat membantu untuk mendapatkan foto landscape yang lebih baik.
- CPL filter
- ND filter
- Graduated ND filter, lihat disitu ttg Graduated Natural Density (Grad ND): What, How, & When
- Graduated color filter
- Bubble level jika tdk ada grid pada view finder atau gunakan focusing screen dgn grid, sangat membantu untuk mencapai levelnya horizon.
Memang dgn semakin mudahnya penggunaan software dan semakin canggihnya feature software pengolah gambar untuk memperbaiki/koreksi kesalahan pada saat eksekusi yang bisa mengatasi kesalahan exposure atau kemiringan horizon, penggunaan alat2 tersebut diatas kadang terasa kurang diperlukan, tapi umumnya “get it right the first time” akan bisa menghasilkan foto yang lebih baik dan natural, dibandingkan kalau foto itu harus dipermak habis-habisan nanti hanya agar bisa tampak “baik”.
Jika sudah melakukan segalanya dgn baik dan benar, akan lebih terbuka luas lagi kemungkinannya untuk mengolahnya dgn lebih sempurna nantinya.

13. Lensa yang dipergunakan
Kadang sering ada asumsi bahwa sebuah foto landscape itu harus menggunakan lensa yang selebar mungkin. Tapi dalam membuat sebuah foto landscape, semua lensa dapat dipergunakan, dari lensa super wide (14mm, 16mm, dst), wide (20mm – 35m), medium, (50mm – 85mm), hingga tele/super tele (100mm – 600mm). Semua range lensa bisa dan dapat dipergunakan.
Semua itu tergantung atas kebutuhan dan scene yang kita hadapi. Lensa wide/super wide kadang dibutuhkan jika kita ingin merangkum sebuah scene seluas-luasnya dgn memasukan object yang banyak atau yang berjauhan atau ingin mendapatkan perspektif yg unik.Tapi kadang sebuah tele bisa digunakan untuk mengisolasi scene sehingga lebih un-cluttered, simple dan focus.

Jika tiba pada suatu lokasi/spot, usahakan mencoba dgn semua lensa yang anda bawa. Jangan terpaku pada satu lensa dan memotret berulang-ulang.
Kadang diperlukan kejelian, untuk melihat dan mencari suatu bentuk unik atau pattern dari luasnya sebuah scene landscape, sehingga kita dapat meng-isolasi dgn menggunakan lensa yang tepat. Hanya dengan sering memotret dan menghadapi berbagai scene di berbagai kondisi yang dapat mengasah insting anda, baik itu object apa yang harus dicari ataupun lensa apa yg harus dipergunakan.
Penggunaan lensa yg tidak standard seperti fish-eye (baik itu yang diagonal maupun yang full-circular) bisa juga mendapatkan view yang menarik, tentu dgn pengunaan pada saat yang tepat. Tidak selalu penggunaan fish-eye menghasilkan foto yg “bagus” walau memang berbeda.

14. Persiapkan diri dan sesuaikan peralatan
Walau ini tidak berhubungan langsung, tapi kadang sangat menentukan. Sering kali kita membutuhkan research atau tanya dulu kiri kanan, baik itu dgn googling atau bertanya dgn fotografer yang sudah pernah kesana ke satu lokasi sebelumnya, terutama jika mengunjungi tempat yang berbeda jauh iklim maupun cuacanya, krn itu akan menentukan kesiapan kita baik fisik maupun peralatan yang harus dibawa, baik itu peralatan fotografi maupun peralatan penunjang.
Cek ulang dan test semua camera dan lensa yang akan dibawa. Akan lebih baik kalau semua perlataan yang akan dibawa dalam keadaan bersih, baik itu lensanya, filter2 maupun kamera (sensor) nya.
Membawa semua lensa yang kita punya kadang tidak bijaksana. Mungkin suatu trip hanya membutuhkan satu atau dua lensa saja, atau justru membutuhkan lebih dr itu krn kita sudah mempunyai gambaran atau informasi atau trip tersebut merupakan pengulangan trip yg sudah pernah dilakukan.
Mengetahui alam dan lingkungan dan adat (jika ada penduduknya) dari lokasi pemotretan juga akan sangat membantu.
Bahkan kadang dgn membawa peta (atau mungkin GPS) akan membantu kita menemukan suatu tempat atau spot, khususnya bila kita hunting di daerah ayng tidak ketahui atau lokasi yang kita tidak hapal.
Kesiapan diri dan peralatan akan menentukan apakah photo trip kita berhasil atau tidak.
Hal lain yang tidak kalah penting adalah melindung seluruh peralatan yang anda bawa selama photo trip/hunting, baik itu hanya day-trip, overnight trip atau trip berhari-hari bahkan berminggu-minggu.
Sebelum berangkat, pastikan anda memilki check-list perlaatan apa saja yg anda bawa. Catat juga semua model dan serial numbernya.

sumber Lombok landscapers

Senin, 06 Agustus 2012

Foto ini saya ambil di pantai Ujung Genteng pada saat sunset.

Hamparan Lumut Dikala Sunset




Belum sempat nulis mengenai perjalanan di Ujung Genteng, jadinya nulis 1 tips dulu deh mengenai pemotretan foreground pada lanscape :D
Biasanya kalau motret sunset/sunrise foreground nya jadi silhouette. Kenapa? Karena adanya perbedaan exposure pada langit dan daratan. Lalu bagaimana tips nya jika tidak mau foreground nya silhouette (dalam kasus ini supaya warna hijau lumut nya tetap terlihat)?

Cara pertama (yang saya gunakan dalam pemotretan foto diatas):
* Naikkan EV (+)
* Gunakan filter GND hard (karena ini lokasinya di pantai), supaya warna langit nya tidak ikut2an menjadi over exposed
(Note: untuk kasus diatas saya menggunakan EV +1 2/3 dan GND hard 0.6)

Cara kedua (biasanya sih untuk motret model):
* Metering dulu sampai warna langit sesuai yang diinginkan
* Set metering di mode manual
* Tembak flash

Contoh lain yang saya potret di Ujung Genteng juga..
Warna langitnya dapat sesuai yang diinginan, dan warna perahu nya terlihat.


Parutan Awan

sumber : http://www.cynderland.com



Sabtu, 28 April 2012

by Enche on September 17, 2011

Air terjun merupakan subjek foto yang menarik dan sangat populer di kalangan fotografer pemandangan/landscape. Memotret air terjun membutuhkan teknik tertentu yaitu:

Foto Air Terjun

Setting kamera manual
Untuk mendapatkan foto air terjun yang mulus, kita membutuhkan shutter speed yang lambat, kurang lebih 1/4 detik sampai 2 detik. Semakin lama kita membuka shutter, semakin mulus air terjunnya.


Bukaan/aperture yang dipakai sebenarnya cukup kecil, contohnya f/11 atau f/16. Dengan bukaan sekecil itu, seluruh pemandangan akan terlihat tajam. Hindari bukaan yang terlalu kecil seperti f/22 atau f/32 karena kualitas foto akan berkurang karena difraksi lensa.

Untuk ISO, sebaiknya memakai ISO yang paling rendah, misalnya ISO 100 (sebagian besar kamera DSLR Canon) atau 200 (kamera DSLR Nikon) supaya mendapatkan kualitas foto yang optimal.

Lensa
Untuk lensa, saya usulkan untuk memakai lensa lebar, karena memberikan kesan kedalaman atau tiga dimensi. Dimensi akan lebih terlihat ketika komposisi kita vertikal dengan memasukkan unsur lingkungan seperti bebatuan disekitar air terjun.

Filter
Ketika foto di siang hari yang terik dan terang sekali, seringkali kombinasi bukaan, shutter speed dan ISO seperti yang dianjurkan diatas masih menghasilkan foto yang terlalu terang. Jika itu terjadi, kita bisa mengunakan filter yang dinamakan Neutral Density. Filter ini akan menyerap cahaya lebih banyak sehingga exposure/pencahayaan foto menjadi pas. Filter Neutral Density ini ada yang menggelapkan 1 stop sampai 10 stop cahaya. Saya usulkan minimal menggunakan Neutral Density 3 stop atau disebut juga filter ND8.

Filter lain yang bisa membantu yaitu Circular polarizer. Filter ini berfungsi untuk mengurangi refleksi cahaya sehingga foto menjadi lebih bagus. Langit biru akan semakin biru dan refleksi cahaya ke air atau ke bebatuan disekitar air terjun akan hilang atau berkurang. Filter ini juga menyerap cahaya sebanyak kurang lebih 2 stop cahaya sehingga membantu kita mendapatkan setting bukaan-shutter speed-ISO yang dibutuhkan. Filter CPL ini adalah salah satu filter wajib untuk yang hobi fotografi pemandangan. Cara memakai filter CPL ini adalah memasangnya di depan lensa dan kemudian memutar filter sampai mendapatkan efek yang diinginkan (saat refleksi cahaya hilang/berkurang).

Tripod
Tripod merupakan alat wajib untuk fotografi pemandangan, tak terkecuali untuk foto air terjun. Tripod memastikan foto kita tidak blur karena shutter speed yang lambat. Banyak jenis tripod di pasaran, pada umumnya, tripod yang kokoh dan ringan itu yang terbaik untuk fotografi pemandangan atau jalan-jalan.

Fokus
Fokus yang tepat untuk foto pemandangan juga penting, tapi untunglah biasanya kita memakai setting bukaan yang kecil sehingga bagian yang tajam dari foto menjadi luas. Kita bisa memilih untuk fokus ke air terjun atau batu-batuan yang disamping. Fokus tergantung selera, bagian mana yang ingin kita tonjolkan atau terlihat paling tajam di foto.

Komposisi
Komposisi foto air terjun pada dasarnya ada dua, yaitu komposisi horizontal dan vertikal. Komposisi horizontal membuat pemandangan air terjun menjadi lebih tenang dan stabil, sedangkan komposisi vertikal memberikan kesan dinamis dan cepat. Jangan lupa mengikutsertakan lingkungan air terjun seperti bebatuan, pohon, dedaunan ataupun orang yang berenang atau main air di air terjun tersebut.

Selamat mencoba.

sumber : http://www.infofotografi.com, http://www.aksesoriskamera.net


226227988_2ba6109df8.jpg

Salah satu perbedaan utama antara indera mata dan lensa kamera anda adalah bahwa mata memiliki depth of field (DOF) hampir tanpa batas sementara lensa terbatas, ini membawa konsekuensi bahwa bidang fokus lensa tidaklah seluas mata. Dan fotografer terdahulu telah memutuskan untuk justru memanfaatkan kelemahan ini menjadi senjata. Lahirlah apa yang kemudian disebut bokeh.

Bokeh aslinya adalah kata dalam bahasa Jepang yang berarti ‘menjadi kabur’, jadi foto bokeh adalah karakteristik foto yang menonjolkan sebuah oyek utama yang fokusnya sangat tajam sementara latar belakang (dan atau depan) yang sangat kabur, atau dalam bahasa Inggris selective focusing. Dalam contoh foto cantik diatas (karya Sektor Dua), obyek utama muka model amatlah tajam, namun latarbelakang pintu menjadi tampak amat kabur (blur). Nah, sifat kabur inilah yang disebut bokeh. Bagaimana caranya supaya kita bisa menghasilkan foto bokeh yang seperti ini. Berikut yang bisa anda lakukan:

  1. Pilih mode manual atau Aperture Priority – baca lebih jauh tentang mode operasi kamera disini
  2. Pilih setting aperture sebesar mungkin.
  3. Lihat tulisan f/x di lensa anda, semakin kecil x, semakin besar aperture dan semakin sempit bidang fokusnya

  4. Pikirkan tentang faktor jarak, yakni jarak didepan dan dibelakang bidang obyek.
  5. screenshot-001.jpg

    Misalnya anda berdiri 1 meter didepan teman (jarak depan = 1 meter) dan anda menjatuhkan titik fokus lensa pada mukanya. Teman anda berdiri sekitar 10 meter dari background terdekat (jarak belakang = 10 meter), maka background ini akan terlihat sangat kabur. Intinya, semakin kecil jarak depan (jarak antara lensa dan obyek) dan semakin besar jarak belakang (jarak antara obyek dan background) semakin kabur backgorund anda.

  6. Banyak berlatih dan usahakan anda membeli lensa dengan kemampuan aperture sebesar mungkin.
  7. Tip: Jika anda memang menyukai bokeh, lensa non-zoom dengan aperture super besar adalah cara tercepat mendapat bokeh (misal: 85mm f/1.8 & 50mm f/1.8, dua lensa ini adalah lensa super cepat dan super murah juga penghasil bokeh yang luar biasa)


sumber : http://belajarfotografi.com, http://www.aksesoriskamera.net


Selasa, 17 Januari 2012

Ass.wr.wb

Jumpa lagi neh teman-teman semua, sorry dah lama menghilang, eh nongol kembali disini, tapi disini aku gk bahas tentang pemrograman seperti biasanya sih, ini tentang hobby yang baru aku yaitu photografi (ilmu tentang pemrograman akan tetap kok di posting di lain kesempatan, insyAllah).

OK disi saya akan membagi segikit tentang teknik mengambil gambar yang baik.
Teknik Fotografi Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk memperoleh hasil jepretan foto yang baik. Terkadang dibutuhkan pengalaman yang cukup untuk memperoleh hasil yang baik dan bermutu.

berikut hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan gambar sehingga dapat menghasilkan gambar yang sangat baik.




1. Fokus dengan benar
Dalam pencahayaan baik, Anda hampir selalu dapat mengandalkan autofocus. Untuk hasil yang maksimal, jangan percayakan pada kamera untuk memilih titik fokus. Gunakan titik fokus tunggal, fokuskan kamera pada objek yang Anda inginkan dengan menekan shutter setengah jalan, kemudian ubah komposisi. Jangan lupa, untuk mendapatkan ruang tajam terlebar gunakan focal length wide dan aperture terkecil.

2. Gunakan tripod
Kamera tidak boleh shake jika Anda ingin mendapatkan ketajaman maksimal. Untuk mencegah shake, tripod adalah solusi teraman. Dengan tripod Anda dapat menggunakan ISO terendah. Jika langkah ini dirasa masih kurang, matikan sharpening di dalam kamera dan sebagai gantinya gunakan Unsharp Mask di Photoshop yang memberikan hasil lebih baik.

3. Matikan image stabilizer
Jika Anda memutuskan menggunakan tripod, image stabilizer kamera harus dimatikan. Image stabilizer dirancang untuk meredam goncangan tangan pengguna. Jika kamera stabil, sistem ini justru dapat “bertingkah” membuat gambar blur. Kamera dengan system image stabilizer digital bahkan lebih parah lagi. Kamera tipe ini tidak akan memotret dalam resolusi maksimal dalam kondisi apapun jika image stabilizer aktif.

4. Mode “P”, jangan mode auto
Uniknya hasil yang lebih baik, ada baiknya Anda menggunakan mode P kamera, dan bukan mode otomatis. Dalam mode P, biasanya Anda masih diperkenankan untuk mengubah parameter penting seperti ISO, white balance, atau EV adjustment. Mode ini tersedia di kebanyakan tipe.

5. Matikan Flash
Menonaktifkan flash seringkali banyak membantu. Kamera akan secara menangkap warna yang lebih natural dibandingkan dengan cahaya putih flash.

6. Koreksi dengan Photoshop
Dengan tool “levels” di Photoshop, Anda hanya memerlukan beberapa klik untuk memperindah warna. Dengan tool “Curves” Anda bahkan dapat melakukan adjustment yang lebih detil.

7. Overexposure mengurangi noise
Noise paling kuat pada area gelap sehingga jika bayangan mendominasi foto Anda, kemungkinan noise juga mendominasinya. Jika Anda memotret dengan sedikit overexposure, maka area shadow akan menjadi lebih terang dan menunjukkan lebih sedikit noise.

8. Gunakan timer
Getaran masih dapat merusak gambar, bahkan saat Anda memotret dengan tripod. Untuk menghindari goncangan saat menekan tombol shutter, gunakan fungsi timer yang terdapat pada setiap kamera. Banyak kamera terkini menyediakan jeda 2 detik yang memang dirancang untuk kegunaan ini.

OK. sampai disi dulu, laen kali insyAllah kita sambung dengan materi yang berbeda, semoga bermanfaat buat temen-teman semua.

Ref : http://www.uways.web.id/



Date

temen-temenku

dot_exe

Promosi dikit neh... ^_^

Jika anda ingin meningkatkan kinerja perusahaan atu tempat anda bekerja, saya penulis dapat memenuhi kebutuhan anda . baik atas nama kelompok (CV) atau perorangan:
penulis menyediakan softaware-software seperti:
1. Dinas pemerintahan / Swasta
2. Percetakan
3. Toko / swalayan
4. Dinas pendidikan
5. dll

software dapat berbentuk desktop atau model jaringan (client server).
Selain itu menerima pemesanan pembuatan Website baik yang pribadi maupun perusahaan.

bagi yang berminat dapat mengirim e-mail ke alamat dotexe.chili@gmail.com

Popular Posts

Daftar Komentar

Daftar Kunjungan

sejak tanggal 11 agustus 2010